May 9, 2010

Kopi (Renungan)

SECANGKIR KOPI

Sekelompok sarjana, yang sudah sangat mapan dalam karir, asyik berdiskusi
tentang kehidupan mereka masing-masing dalam suatu reuni. Akhirnya mereka
memutuskan untuk mengunjungi seorang profesor yang selalu menjadi
inspirasi semasa kuliah mereka dulu.

Profesor itu seorang tua yang hidup sendiri disebuah rumah yang cukup asri, agak diluar kota. Istrinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedangkan anak angkat satu-satunya sudah berkeluarga dan tinggal dinegara lain. Untuk mengisi hari-harinya, si profesor rajin menulis dan menjadi penceramah di berbagai seminar.

Singkat cerita, selama kunjungan itu, pembicaraan berujung pada keluhan- keluhan mengenai stress yang dialami oleh mereka dalam pekerjaan, hidup, maupun hubungan sosial.
Si professor kemudian menawari tamu-tamunya minum kopi hangat. Dari dapur, dia membawa seteko minuman kopi panas,dan banyak cangkir kosong. Adayang terbuat dari porselen, gelas, kristal. Adayang polos sederhana, ada yang mahal dan istimewa.

Ia menyilakan tamu-tamunya untuk menuang kopi mereka ke dalam cangkir yang mereka pilih sendiri.

Setelah semua orang memegang secangkir kopi, si profesor mengungkapkan
pemikirannya, "Kalian perhatikan, cangkir-cangkir yang bagusdan mahal sudah pada
dipakai, tinggal yang polos dan murah yang masih kosong."

Selama ini adalah hal yang lumrah buat kalian semua untuk menginginkan yang terbaik buat hidup kamu sendiri. Padahal disitulah sebenarnya sumber segala masalah dan stress yang timbul."
"Cangkir yang kalian pakai untuk minum tidak menambah apa-apa terhadap kualitas kopi yang ada didalamnya. Cuma bikin keliatan jadi lebih mahal.
Kadang malah menyembunyikan apa yang sebenarnya kita minum."

"Yang sebenarnya kalian butuhkan itu adalah kopinya. Kalian tidak butuh cangkirny a. Tapi secara tidak sadar kalian sibuk mendapat kan cangkir yang terbaik."

"Nanti lama-kelamaan kalian mulai menginginkan cangkir orang lain juga..."

"Nah, rekan-rekan, coba kalian pertimbangkan ini..."

"Hidup ibaratnya kopi hangat... pekerjaan, uang, dan kedudukan dalam masyarakat itu ibaratnya cangkir. Cuma sekedar alat untuk menjaga dan menampung kehidupan."

"Cangkir yang kalian punya tidak menentukan maupun merubah kualitas kehidupan yang kalian jalani."

"Seringkali, karena terlalu konsentrasi pada cangkir, kita lupa menikmati kopi yang disediakan oleh Tuhan buat kita.

Selalu ingat ini....... Tuhan yang menyeduh kopi, Beliau tidak memilih cangkir.

Orang yang paling berbahagia tidak memiliki segala yang terbaik.

Mereka hanya melakukan yang terbaik dari apa yang mereka miliki!

Hidup sederhana... Saling mengasihi... Saling memperhatikan. .. Saling menjaga perasaan...
Serahkan yang lainnya pada Tuhan. Dan ingat, orang yang paling kaya bukan dia yang memiliki paling banyak, tapi dia yang membutuhkan paling sedikit.

Nah, sekarang silakan dinikmati kopinya."

No comments: